Rabu, 16 Mei 2012

Kado Terakhir Untuk Sahabatku


“Karin… Karin” teriak mama, “iya ma” sahut Karin dari balik pintu kamar Karin yang tertutup dan bertuliskan namanya di bagian depan pintunya itu. “cepat itu Julia udah nunggu di bawah” kata mama sambil mengetuk pintu kamar Karin. Julia adalah sahabat Karin sejak Karin masih kecil. “iya ma, bilangin bentar lagi Karin turun kok” sahut Karin sambil merapikan isi tasnya yang belum sempat ia rapikan kemarin malam.
Tak lama mama menjauh dari kamar Karin, Karin pun keluar dari kamarnya menuju lantai bawah rumahnya dengan membawa tas coklat favoritnya tersebut. “luaama  banget neng dandannya” kata Julia sambil memanyunkan bibirnya. “lupa ngeberesin tas kemarin malem jadi paginya terpaksa beresin dulu deh, sorry jeng” jawab Karin sambil tertawa kecil.”yaudah capcyuuuss yuk” kata Julia sambil menarik tangan Karin. 

Tak lupa Karin dan Julia pun pamit kepada mama Karin.
Sepeda motor warna hitam yang selalu menemani mereka berangkat sekolah pun sudah siap untuk membawa dua dara cantik dan cerewet ini menuju sekolah. Sekitar 10 menit waktu yang digunakan untuk perjalanan dari rumah Karin ke sekolah. “untung saja gak kena macet kita” dengus 

Julia pada Karin. Karin hanya tersenyum.
Dua gadis ini memang terkenal sangat dekat bagaikan dua anak kembar siam. Dimana ada Karin pasti ada Julia dan juga sebaliknya. Meski mereka sama-sama kelas 11 SMA, namun saying mereka tidak sekelas.
Jarum jam pun menunjukkan pukul 10:15, 3 kali pencetan bel pun berbunyi tanda semua murid untuk keluar kelas dan beristirahat. Karin pun langsung membereskan semua buku dan alat tulis lalu keluar kelas dan menuju kelas Julia. Ini memang selalu ia lakukan, namun jika ia agak lama menghampiri kelas Julia maka Julia lah yang akan menghampiri kelas Karin.
Karna terlalu sering Karin  ke kelas Julia, tak ayal Karin pun menjadi dekat dengan beberapa teman kelas Julia. Salah satunya seorang cowok ganteng bernama Ravel. Ravel adalah seorang pemain basket hebat di sekolah Karin, beruntung Karin bisa kenal dan dekat dengannya.
“Juli..aaa” teriak Karin memanggil nama Julia. Julia pun langsung menuju sumber suara itu, “jajan yuk?” ajak Karin sambil menarik tangan Julia. 
Namun mata Karin tak lepas dari Ravel dan saat itu juga Ravel melempar senyum manisnya kepada Karin, Jantung Karin berpacu bagaikan deru rel di stasiun kereta. Karin membalas senyum sambil berjalan menjauh dari Ravel. Sambil jalan menuju kantin Karin pun berjalan bagai orang mabuk dan wajah penuh senyum sumringah, Julia pun bingung dengan tingkah sahabatnya itu. “kenapa lo Rin?” Tanya Julia. “hah?apaan?gue gak apa-apa kok” sambil tertawa dan tersenyum. Julia pun tak ingin mengorek informasi lebih dalam lagi dari sahabatnya itu lalu Julia pun hanya tersenyum kepada Karin.
Bel pulang sekolah berbunyi semua siswa bertebaran bagai semut yang keluar dari sarangnya. Kali ini Karin cepat-cepat membereskan alat tulisnya dan lari menuju kelas Julia. Tidak seperti biasanya yang males-malesan menuju kelas Julia kali ini Karin malah berlari bagaikan seorang yang akan dapat uang 1 M. Karin pun masuk ke kelas Julia yang saat itu sudah lumayan sepi karna kelas Julia ini termasuk kelas yang muridnya juara dalam keluar kelas. Hanya ada beberapa murid saja di dalam kelas Julia namun Karin tak rugi lari-lari hingga ngos-ngosan ternyata Ravel masih ada di kelas bersama Julia. “lari ya Rin?sampe ngos-ngosan gitu?” sapa Ravel. “hah?keliatan ya?iya nih hehe” jawab Karin terbata-bata. “kenapa lari?kangen lo ya dengan gue?” celetus Julia dengan tawa khasnya. “kangen buangeeettt Juli” sambil tertawa mengejek. “haha udahan ah pulang yuk” ajak Julia. “yaudah, kita duluan ya Vel” pamit Karin kepad Ravel dengan senyum manisnya. Ravel pun membalas senyumnya. Lagi-lagi pacuan jantung Karin kembali terasa.
Hari pun beranjak malam matahari sudah enyah dari singgasananya. Karin pun beranjak menuju kamar dan melakukan ritual seorang pelajar yaitu belajar. Namun belajarnya kali ini tak membuahkan hasil apa-apa, di pikirannya selalu terbayang wajah Reval sang pemain basket yang tinggi, putih dan ramah itu. Karna ia rasa percuma ia belajar, lalu ia masukkan semua bukunya ke dalam tas. Lalu ia mengambil sebuah buku, yaitu buku Diary-nya dan menulis semua yang terjadi pada hati dan pikirannya. Tak lupa ia menulis seuntai puisi berjudul “Rasa yang Begitu Hebat”
sejuta kata kurangkai untukmu
beratus kertas terukir namamu
tak habis cerita tentang kau
semua mengalir apa adanya

terasa indah bagaikan air terjun
yang turun ke bawah

Seindah dekapan embun pagi
ketika kau berhenti dan tersenyum kepadaku
hati menderu bagaikan rel yang bergetar
ketika ada kereta yang melintasinya
ini sungguh hebat

Sehangat sentuhan malam
ketika kau mengeluarkan sepatah kata untukku
aku tak kuasa mendengar kata lain
selain kata darimu saat itu
waktu seperti berhenti kala itu

Namun...
kau bagaikan warna putih diantara abu-abu yang sulit ditebak
diammu tak mengisyaratkan sesuatu
dan bicaramu pun tetap menyimpan rahasia
aku pun tak dapat membaca matamu

For you Mr. R

Setelah selesai ia simpan bukunya itu dan beranjak tidur dan berharap mimpi indah menemani tidur lelapnya malam ini.
“Karin Karin” suara mama membangunkan Karin. Karin pun bangun namun kepalanya terasa sangat sakit. “kamu kenapa saying” kata mama dengan nada bicara kekhawatiran. “kepala Karin sakit ma” jawab Karin. “yaudah kamu istirahat aja nggak usah sekolah dulu, ntar mama buatin surat terus mama titipin Julia” kata mama sambil mengelus kepala anaknya itu. “iya ma, makasi ma, salam buat Julia” kata Karin sambil tersenyum “iya sayang” jawab mama.
“Karin…” panggil Julia sambil membunyikan klakson motornya. Mama Karin pun keluar dan berkata “Juli Karin sakit jadi nggak bisa sekolah dulu, tante titip surat ya” jelas mama kepada Julia. “Karin sakit apa tante?iya ntar Jli kasih ke Guru Karin” Tanya Julia dengan nada khawatir. “tante juga belum tau, rencananya nanti mau ke dokter. Oke makasi ya Julia, oh ya Karin nitip salam buat kamu” kata mama sambil tersenyum. “oke semoga Karin cepet sembuh, salam balik ya tante, Julia berangkat dulu ya tante” kata Julia sambil membunyikan mesin motornya itu.
Jam 9 pagi mama dan Karin ke dokter, namun tak ditemani papa Karin, karna harus meeting dengan clien jam 10 nanti. “pasien nomor 17” nomor antrean Karin pun disebutkan, Karin dan mamanya pun menuju ruang pemeriksaan. Dokter menyapa dengan senyum dan berkata “apa keluhannya?”, “kepala saya sakit dok ketika bangun pagi tadi” jelas Kain kepada dokter. “oke silahkan berbaring di situ, saya akan periksa” kata dokter sambil menunujuk sebuah ranjang kedokteran itu. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan. Karin masih berada di ranjang itu, dan dokter pun berbicara kepada mama Karin. “ini mungkin akan sangat mengejutkan bagi Karin dan bagi anda, bagaimanapun saya harus mengatakannya kepada anda. Bahwa anak anda Karin mengalami penyakit serius yaitu Kanker Otak stadium 4 yang pihak medis memprediksi bahwa usianya tak lama lagi” kata dokter. “benarkah?tidakkah dokter salah periksa?tidak mungkin anak saya menderita penyakit semacam itu” kata mama sambil mulai menangis. Karin pun turun dari ranjang itu dan berjalan pelan menuju mama dan dokter itu berada. “Karin sakit apa dokter?kenapa mama menangis?Karin cumin sakit kepaa aja kan dok?” Tanya Karin dengan penasaran. “bersabarlah Karin, kamu mengalami Kanker Otak stadium 4” dengan nada bersedih dokter terpaksa menjelaskan penyakit Karin kepadanya. “Kanker Otak?dokter bercanda kan?dokter cuman pengen bikin Karin ketawa aja kan dok?bilang ma, bilang ini cuman bercanda ma!ayo ma!” kata Karin dengan tangis histerisnya. “sabar saying, yang dikatakan dokter itu benar jawab mama sambil menangis.
Hari-hari pun dilewati Karin dengan berteman obat-obatan dan kamar tidurnya. Sudah 3 hari Karin tidak masuk sekolah, dan rencananya Julia akan dating kerumah Karin hari ini. “ma, tolong jangan bilang ke Julia kalo Karin menderita penyakit ini, bilang aja Karin hanya sakit kepala biasa dan besok akan masuk” kata Karin kepada mamanya yang sedangmenyuapinya semangkok bubur. “iya sayang” jawab mama dengan senyumnya, walaupun sebenarnya senyum mama adalah senyum palsu. Mama tersenyum untuk menguatkan hati anaknya. 
“Karin… sahabatmu yang cantik ini dating menengokmu” teriak Julia memanggil Karin, “ke kamar Karin aja Juli, Karin ada dikamarnya” teriak mama dari dapur. Julia pun menuju kamar Karin. “hello my sweety, how are you?udah 3 hari gak sekolah kangen juga nih rasanya” cerocos Julia. “udah agak baikan kok” jawab Karin sambil tersneyum dengan bibir pucatnya itu. “what??? Baikan gimana, muka lo aja masih pucet gitu” kata Julia sambil memonyongkan bibirnya. “gue udah gak apa-apa ko sahabatku yang cantik dan super duber cerewet” jawab Karin sambil menyubit pipi Julia. “yaudah deh iya, sakit apa sih?” Tanya Julia, “cuman sakit kepala biasa kok”.
Esok hari nan cerah namun hari yang tak biasa bagi Karin, karna ia harus diantar pak Sidik sopir pribadi Karin ke sekolah. Dan harus membawa beberapa butir obat untuk diminumnya ketika istirahat nanti. 
Karin masuk ke kelas sendiri karna Julia sudahberada di kelasnya sendiri. Karin menaruh tasnya lalu duduk di dalam kelasnya, tak lama dari itu Reval masuk ke kelas Karin dan berjalan kea rah Karin, detak jantung menderu yang sudah 3 hari tak ia alami kembali ia alami. “hai Karin, udah sehat?maaf ya aku gak bisa jenguk kamu” sapa reval dengan senyum khasnya. “eh Reval, udah lumayan baikan nih, iya gak apa-apa kok” sambil membalas senyum reval dan berfikir sejak kapan Reval berbicara dengan bahasa aku kamu dengan orang lain?
“aku boleh minta nomor handphone kamu nggak?” Tanya Reval dengan penuh harap. “buat apa?yaudah catet nih” kata Karin sambil menyodorkan handphone hitamnya.”makasi ya Rin, aku balik ke kelas dulu ya, bye” pamit Reval sambil meninggalkan senyum untuk Karin. 
Jam 8 malam, Tit tit tit tit handphone Karin berbunyi tanda sms masuk
From : 0878993xxxxx
Hay Karin ini aku Reval, save nomor aku ya 
Woow betapa senangnya hati Karin mendapat sms dari Reval. Seketika ia loncat dari tempat tidurnya tak peduli ia sedang sakit. Lalu sesegera mungkin ia menyimpan nomor itu dan membalas sms reval.
To : Reval
Hay juga Val, oke udah gue save kok nomor lo
Sejak saat itu Reval dan Karin pun semakin dekat. Karin pun ingin menceritakan semuanya kepada sahabatnya Julia, karna semenjak ia sakit ia jarang keluar bareng Julia. Karin pun mengajak Julia hangout.
Jul, gue mau cerita nih kan udah lama gue gak cerita sama lo” kata Karin. “okee, cerita aja tentang apa Rin?” Tanya Julia. “akhir-akhir ini gw deket sama Reval. Gue sayang Jul sama dia, kayaknya dia juga ngasih respon yang sama, menurut lo gimana?” jelas Karin pada Julia. “hah?

Reval temen sekelas gue?” Tanya Julia dengan kaget. “iya, kenapa Jul” kata Karin. Sejenak pikiran dan hati Julia seperti sedang berperang. Rasa kaget dan sedikit kecewa terpancar di raut muka Julia. Namun sekejap ia mencoba untuk bisa mengendalikan situasi. Julia suka sama Reval sejak kelas 10 SMA namun Julia tak pernah menceritakan itu pada Karin. Dan sekarang laki-laki yang disayangin dan dikagumin Julia dari kelas 10 sedang dekat dengan sahabatnya, bahkan sahabatnya pun sudah menaruh rasa sayang kepada laki-laki itu. Betapa hancur hati Julia saat itu. Dalam malam Julia berusaha mengikhlaskan laki-laki itu untuk Karin sahabatnya.

From : Reval
Rin, nanti ada acara nggak?dinner bareng aku, mau?
Rasa kaget campur senang ada di hati Karin saat membaca pesan itu. Langsung Karin membalasnya.
To : Rival
Nggak ada acara apa-apa kok val, oke! Jemput aku jam 7 ya
Karin pun segera siap-siap karna tak lama lagi jam menunjukkan jam 7
Dinner bareng Rival belum pernah ia bayangkan sebelumnya. Dan sekarang itu terjadim Rival ada tepat di depannya, jantung Karin berdegub kencang, matanya tak sanggu menatap mata reval. Dalam keheningan Reval memulai pembicaraan. “sebenarnya maksud aku ngajak kamu kesini, aku mau ngomong sesuatu” jelas Rival. “ngomong apa?” Tanya Karin. 

“sebenernya dari pertama aku negliat kamu sering ke kelas aku, aku udah ngerasa tertarik sama kamu, trus aku coba memahami rasa ketertarikan aku, aku coba kasih pengertian untuk rasa ini. Ternyata benar, aku suka sama kamu. Tapi maaf baru sekarang aku bisa ngomong. Jujur aku sayang sama kamu, kamu mau nggak jadi kekasih aku?”kata reval dengan agak gugup. Karin pun tersentak, namun cukup bisa menguasainya. “kamu serius?” Tanya Karin. “lebih dari kata serius” jawab reval dengan mantap. “aku juga sayang kamu, aku mau jadi pacar kamu Val”
Sejak saat itu Karin dan reval menjadi sepasang kekasih, banya yang iri dengan kedekatan mereka. Dan semenjak mereka pacaran Julia yang mengetahui itu langsung dari Karin pun merasa kecewa namun tak menampakkannya di depan Karin. Julia pun lambat laun menjauh dari Karin.
Semakin lama Karin dan reval semakin dekat dan sangat dekat, setiap hari selalu dilalui bersama. Berangkat bareng, pulang bareng, ke toko buku bareng, makan diluar bareng dan semuanya. Sampai keduanya merasa tak dapat dipisahkan lagi. 
Suatu malam Karin mulai berfikir dan merasakan bahwa hubungannya dengan Reval malah membuat Julia jauh darinya. Setiap malam Karin selalu berfikir apa yang membuat Julia menjauh darinya.
“Karin sayang, itu reval udah nunggu di bawah” teriak mama. “Karin…karin” teriak mama lagi karna tak ada jawaban dari Karin, dan mama pun membuka pintu kamar, mendapati anaknya sedang tidur, dibangunkannya namun tak jua bangun,
mama Karin teringat kata dokter beberapa bulan lalu, dan langsung membawa Karin ke rumah sakit. 
“tante, mana Karin?” Tanya Julia sambil mengatur napasnya setelah berlari dari pintu rumah sakit. “Karin sedang diperiksa dokter Juli” kata mama Karin. 
 Julia melihat Karin dari kaca kecil dibagian pintu dan mendengar sebuah pertanyaan dari reva yang ditujukan kepada mama Karin “sebenarnya Karin sakit apa tante?” “sebenarnya Karin menderita kanker otak stadium 4 dan hidupnya tak lama lagi, namun ia tak mau penyakitnya ini diketahui siapapun kecuali Karin,tante dan om” jelas mama Karin sambil menangis tersedu. Reval pun meneteskan air matanya mendapati gadis yang ia cintai menderita penyakit yang sangat mengerikan itu. Julia langsung menangis tersedu karna selama ini sahabat yang ia cintai ternyata menyembunyikan kepedihan yang amat pedih. 
Tiba-tiba dokter keluar dan berkata “yang bernama Julia, reval dan ibu dari Karin harap masuk ke ruangan” Reval, Julia dan Mama langsung menuju ruangan dan melihat Karin membuka matanya dan berkata “kemarilah, mendekat padaku mamaku tercinta, kekasihku reval dan sahabatku Julia” perintah Karin. Lalu mereka pun mendekat. “mama terima kasih selama aku hidup mama selalu ada untuk Karin, member semangat hidup kepada Karin, Karin sayang mama. Reval, maafkan aku karna aku gak bisa ikutin janji kita untuk bisa menikah dan bahagia bersama anak-anak kita, terima kasih untuk hari-hari indah yang pernah kamu berikan pada aku, kamu bagaikan spidol dan aku adalah kertas putih. Julia terima kasih kamu adalah sahabat terbaikku sepanjang masa. Yang selalu ada untuk aku dalam keadaan apapun. Maafkan aku melukai hatimu, selama sekian malam aku berfikir apa yang membuat kita jauh, kini aku mengerti karna aku pun adalah seorang wanita, aku tau semuanya Juli. Maafkan aku. Aku sayang kamu Julia”
Belum sempat mama, Reval dan Julia menjawab. Karin berbicara kembali “ Reval ada satu wanita yang mencintaimu demenjak dulu dan akan selalu mencintaimu sampai kapanpun, yang bisa menggantikan aku, dia adalah sahabat aku. Julia, tolong jaga dia, jangan sakiti dia” kata Karin dengan lemah dan menarik tangan Reval dan tangan Julia kemudian menyatukan tangan mereka. Kemudian berkata kepada Julia “sahabatku, inilah KADO TERAKHIR DARIKU UNTUKMU” dan kemudian Karin menutup mata. Untuk selamanya…
                                        THE END
create by : Henny :D

my first short story ^^